Album Metal Akustik Jadi Titik Ekstrem Baru bagi Beside

Beside luncurkan album baru bertajuk “Almighty God” pada 2 September 2022

Personel band Beside berfoto bersama usai Konferensi Pers peluncuran album barunya di The Hallway Bandung belum lama ini. Foto: Hilmi Abdul Halim

GRUP musik Beside kembali mengejutkan para penggemar musik metal-hardcore di Indonesia. Bukan karena tragedi atau manggung di luar negeri, tapi kali ini, mereka tiba-tiba meluncurkan album baru dalam format akustik.

Album bertajuk “Almighty God” itu diluncurkan secara resmi pada 2 September 2022 lalu. Dalam konferensi pers yang digelar sehari sebelumnya di The Hallway Bandung, Beside sekaligus mengumumkan kembalinya Agrog sebagai vokalis.

“Waktu (keluar dari band) itu saya sedang ada kesibukan lain. Tapi sekarang sudah selesai dan kebetulan Beside juga ngajak ketemuan jadi waktunya pas,” kata Agrog dalam jumpa pers tersebut. Adapun, vokalis sebelumnya diakui masih bersifat additional.

Seperti diketahui, Beside telah melewati berbagai dinamika yang luar biasa menantang. Bahkan, tak ada yang menyangka band asal Bandung itu masih bisa bertahan setelah tragedi konser yang menimbulkan korban jiwa pada 2008 silam.

Asam garam kehidupan sepertinya telah membentuk mental dan kreativitas para personel band tersebut. Setelah menelurkan dua album musik berisi kreasi musik keras, mereka mengaransemen sembilan karya lama menjadi karya baru yang amat sangat berbeda.

Konferensi pers peluncuran album baru Beside di The Hallway Bandung beberapa waktu lalu.
Foto: Hilmi Abdul Halim

Bagaimana tidak pangling, Beside biasanya membawakan lagu-lagunya dengan balutan distorsi gitar melodis diiringi irama drum yang rapat dan cepat. Tak ketinggalan, vokal dengan gaya teriakan dan geraman khas musik-musik metal dan sejenisnya.

Namun, untuk album barunya itu, Achmad “Beby” Rustandi (drum), Trie Afrizal (bass), Roy Nat Siregar (gitar) dan Agung “Agrog” Suryana (vokal) menampilkan harmonisasi yang lebih jernih. Di sana, mereka hampir tidak menunjukkan emosi yang meledak-ledak seperti biasanya.

Dengan demikian, mereka juga harus keluar dari balik distorsi yang biasa “mengamankan” permainan musiknya. “Waktu recording cukup keteteran karena proses produksinya memang sangat susah dan tidak murah,” kata Beby mengakui.

Untuk merekam karya-karya di album kali ini, mereka rela berpindah-pindah tempat rekaman dari studio ke studio hingga menyewa satu vila khusus. Makanya, proyek musik kali ini tidak bisa disebut sebagai “selingan” karena nyatanya mereka terlanjur serius menggarap dari awal hingga akhir.

Setelah melewati proses produksi yang panjang dan melelahkan, mereka akhirnya mendapatkan hasil yang sepadan. Bahkan, album tersebut digadang-gadang menjadi album metal pertama di Indonesia yang dibawakan secara akustik.

Secara teknis, format akustik pada album ini dibangun dari perpaduan gitar dan bass bersuara jernih. Meskipun tanpa melodi gitar yang padat seperti versi aslinya, permainan gitar dan bass tetap terkesan skillful dengan gaya yang berbeda.

Drummer band Beside, Beby memberikan keterangan pers dalam konferensi pers peluncuran album baru mereka di The Hallway Bandung belum lama ini.
Foto: Hilmi Abdul Halim

Dari unsur ketukan, irama yang dijaga bukan melalui permainan drum yang rapat melainkan ketukan yang lebih sederhana, bahkan terdengar seperti hanya menggunakan jimbe. Meskipun demikian, komposisi tersebut justru menambah suasana gelap yang dibentuk oleh orkestra dan paduan suara.

Yang tak kalah mengejutkan dari album kali ini adalah nyanyiannya yang minim teriakan dan geraman. Namun, Agrog berhasil menunjukkan kemampuannya bernyanyi secara profesional tanpa mengurangi kesan jantan dan urakan.

Nomor-nomor andalan Beside dari dua album terdahulu dipilih dari mulai “Aku Adalah Tuhan”, “Spirit In Black” dan lainnya, ditambah satu single yang tidak masuk dua album tersebut. “Pemilihan lagu sebenarnya lebih berdasarkan permainan gitar karena tidak semua lagu metal bisa diakustikkan,” kata Roy.

Dengan gaya akustik yang lebih “ramah” bagi semua kalangan, Beside menjadi sangat memungkinkan untuk tampil di panggung-panggung musik lintas genre. Hal itu pun dinilai sebagai upaya band tersebut untuk mendapatkan penggemar baru dari kalangan non metalhead.

Tanggapan positif turut disampaikan Ade Muir, basis band indiepop Puresaturday dalam jumpa pers yang sama. “Untuk hasil rekaman akustik ini hasilnya keren seperti band-band metal di Eropa seperti Katatonia dan Lacuna Coil,” katanya.

Ade mengaku terkesan dengan perubahan musik metal menjadi akustik tanpa mengurangi nuansa kelam dalam lagu tersebut. Perubahan itu membuat transisi nada-nada minor ke mayor dan sebaliknya, menjadi terdengar lebih jelas dan terasa.

Secara keseluruhan, saya sepakat dengan Ade yang menyebutkan album musik metal akustik kali ini melebihi ekspektasi. “Almighty God” bisa disebut sebagai titik ekstrem baru yang dicapai Beside menjelang 25 tahun usia band tersebut. (Hilmi Abdul Halim)

Leave a Reply